Halaman

Senin, 27 Mei 2013

Bangunan Kindergarten di Perkotaan

Bangunan Kindergarten di Perkotaan




Di perkotaan saat ini pada umumnya kedua orang tua bekerja aktif setiap hari, pendidikan anak usia dini lebih banyak diserahkan kepada sekolah formal yang memenuhi syarat dari segi kenyamanan, kesehatan dan perkembangan pikiran dan fisik anak anak.Hal ini yang membuat arsitek mendesain kindergarten yang indah dan nyaman bagi anak anak.(admin)

Binus yang telah 28 tahun berkecimpung di dunia pendidikan, mendirikan sekolah internasional pada 2007 di Serpong, Tangerang, di area seluas 7,5 hektar yang terdiri dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah umum.
Pertengahan tahun lalu gedung sekolah baru untuk taman kanak-kanak dan sekolah dasar yang didesain oleh konsultan arsitektur Duta Cermat Mandiri (DCM) telah selesai dibangun. Bangunan sekolah yang didirikan di area seluas 3,5 hektare ini mampu menampung  kegiatan belajar mengajar 2.500 siswa dan 125 guru. Melalui karyanya ini DCM kembali menampilkan ciri khasnya dalam mendesain bangunan, yaitu menampilkan desain yang menangkap masa hanya dalam selayang pandang, megah, dan visually arresting.
Karya-karya DCM yang dipimpin oleh arsitek Budiman Hendropurnomo dan Dicky Hendrasto memang selalu memiliki bahasa bentuknya sendiri, bisa titik titik, balok, atau kurva. Untuk sekolah ini digunakan blok-blok massa geometris berwarna cerah dengan ribuan bukaan kecil berbentuk persegi. Balok-balok massa ini pun tidak disusun dengan ‘rapi’, seperti level bertumpuk memiliki luasan yang berbeda (beberapa bahkan berbelok 90 derajat) serta diselingi dengan blok massa yang diputar orientasinya. Warna-warna mencolok yang kerap ditemukan dari kebanyakan sekolah usia dini digunakan pula pada fasade  bangunan tetapi dengan skala yang di-blow-up dan berkesansophisticated yang ditimbulkan oleh ritme penyajian bukaan-bukaannya.
 
Nuansa playful bangunan dimulai sejak tahap konseptual. Dalam menentukan bentuk, sang arsitek terinspirasi oleh dolanan tradisional.  “Bangunan sekolah taman kanak-kanak dan sekolah dasar ini didesain untuk mengingatkan pada permainan mereka seperti ular-ularan yang mana badan ular panjang dan berbelok sedangkan sebagian ekornya seolah-olah masuk ke dalam tanah dan keluar lagi di sisi lain,” cerita Budiman Hendropurnomo. Dolanan anak-anak yang dilakukan sambil bernyanyi itu lazim disebut ular naga atau incak-incak alis.
“Bangunan yang berkonsep pada suasana playful dan cheerful dapat diterjemahkan dengan baik oleh arsitek melalui permainan massa bangunan yang sangat dinamis dan permainan warna yang kontras,” ujar Marketing Communication Section Head Ivone Darwis mengenai apa yang paling berkesan baginya dari bangunan sekolah ini.
Palet warna yang dipilih pun sebenarnya tidak terlalu ceria seperti hijau zaitun, abu-abu, dan cokelat, yang diberi aksen menyala hijau  chartreuse. Warna ungu cerah hanya ditambahkan pada kubus-kubus pilotis, tempat kegiatan ekstrakurikuler. Paduan dan rasio warna muted dan warna cerah ini menghasilkan palet yang segar namun tidak membuat mata lelah.
“Sekolah ini bukan suatu institusi yang kaku dan menakutkan melainkan suatu lahan tempat bermain, bertemu teman, berolahraga, dan berinteraksi dengan bentuk dan ruang yang beragam,” tambah Budiman. Kompleks bangunan yang berorientasi utara-selatan dibagi menjadi gedung kelas taman kanak-kanak di bagian barat, gedung kelas sekolah dasar di timur, masing-masing mengelilingi lapangan komunal dengan beberapa massa pilotis tambahan, serta gedung perpustakaan dan kafeteria di barat laut. 

Tidak ada komentar: